Thursday, June 4, 2009

Pameran Potret Kehidupan Muslim Southwark London


Erbil Celebi salah seorang sopir taxi yang tampil pada exhibisi

Kontribusi kaum Muslim Southwark, London di tunjukkan secara jujur lewat sebuah pameran yang disponsori pemerintah. Selama ini hanya dikenal dari pers yang bias

Sebuah pameran yang dijuluki ‘Peace by Piece’ akan berlangsung hingga 3 Mei nanti dan dibuka di pabrik coklat Menier di Southwark, selatan London. Mengingat London termasuk salah satu kota yang banyak dihuni warga Muslim, pameran khusus ini diharapkan dapat memikat banyak orang yang ingin sisi lain orang Islam.

Pameran yang disponsori pemerintah ini memajang berbagai potret berikut kutipannya tentang kehidupan orang Islam biasa. Yaitu kehidupan sejati orang-orang Islam yang jarang dilaporkan di media massa Barat.
Ada sekitar 20 orang Islam dari selatan Borough, Southwark, London yang dijadikan potret kehidupan umat Islam dan menjadi pahlawan dalam pameran selama dua pekan ini.

Pameran ini berisi foto-foto dan wawancara audio dengan orang Islam dari berbagai latar belakang. Mereka adalah orang-orang yang memiliki kontribusi dari sekitar 20.000 orang Islam dari latar belakang berbeda yang tinggal di Southwark yang multikultural itu.

"Banyak orang tidak tahu tentang kehidupan Islam yang sebenarnya. Yang mereka tahu adalah orang-orang yang membawa bom dan meledakkan diri dan orang lain dan itulah gambaran mereka tentang Islam," ujar Erbil Celebi, seorang sopir taksi asli kelahiran Turki di London.

"Jujur saja, saya sangat prihatin tentang penggambaran Islam dan Muslim (di kalangan Barat)," tambah Erbil. Ia termasuk di antara 20 orang Islam yang profilnya termasuk dalam pameran itu.


The campaign projects the lives of ordinary Muslims and demonstrate how they are part of the fabric of society.

Sekalipun Erbil termasuk beruntung karena tidak menghadapi diskriminasi dalam menjalankan pekerjaannya sebagai sopir taksi. Namun ia sangat prihatin atas komentar negatif tentang Islam yang dilontarkan media barat.

"Ada orang-orang yang menunjukkan sikap tidak ramah terhadap Muslim dan Islam. Tapi ketika Anda berbicara dengan mereka, mereka berbicara berputar-putar. Jadi masalahnya adalah tentang pendidikan," ujarnya.

"Ketika orang berbicara tentang orang Islam, mereka membayangkan orang Pakistan atau Asia dengan jenggot panjang, seseorang yang tidak dapat berbicara bahasa Inggris dan sesuatu yang dipandang sebagai orang bodoh," tambahnya.

Imam Masjid New Peckham, tempat Erbil biasa shalat, juga termasuk orang-orang yang kehidupannya dipotret dalam pameran itu. Namanya Imam Ahmed Muharrem Atlig. Ia percaya bahwa pendidikan bagi kaum non-Muslim tentang Islam membutuhkan lebih dari sekali pameran.

"Setelah serangan bom 7 Juli 2005 lalu, kita kehilangan satu sama lain. Kini, kami harus menemukan satu sama lain kembali. Tapi itu butuh waktu lama, mungkin hingga tiga generasi," papar Imam Ahmed.

"Setiap agama dapat menghasilkan ekstremisme. Tapi, dalam hal ini, Islam tampaknya memiliki lebih banyak dibanding agama lain dan ini menjadi isu utama untuk dunia Muslim," tambahnya.

Profil wanita Muslim juga dipajang dalam pameran ini. Profil mereka terutama untuk menunjukkan bahwa kaum wanita Muslim tidak mengalami penindasan seperti yang digambarkan di media Barat.

Samia Mahmoud adalah wanita keturunan separuh Pakistan dan Inggris. Mahasiswi jurusan kedokteran ini berharap imej tentang wanita Muslim dapat berubah.

"Saya harap, ketika mereka melihat saya dan wanita Muslim lainnya ikut ambil bagian, mereka akan memiliki ide berbeda, bahwa kami adalah orang yang punya motivasi, punya karir, bekerja dan memberikan kontribusi positif untuk masyarakat," ujarnya.

Pameran ini diselenggarakan dengan koordinator kohesi masyarakat untuk Dewan Southwark, Michael Cleere. Selama enam bulan, ia mengatur proyek ini bersama fotografer Rehan Jamil. Menurut Cleere, pameran ini bertujuan utama untuk membuat masyarakat saling melihat satu sama lain sebagai orang-orang yang setara dengan membaca kisah kehidupan orang Islam biasa.

"Tujuannya adalah agar orang melihat satu sama lain sebagai manusia. Ini merupakan panggung untuk suara Islam yang moderat," tambahnya. [iol/www.hidayatullah.com]

No comments:

Post a Comment