Rakyat AS Nilai Islam Agama Perdamaian
Saat berkunjung ke Turki, Obama menyatakan tak akan berperang dengan Islam. Dalam pidatonya di gedung parlemen Turki, Senin (6/4), Obama mengatakan, pemerintahan yang dipimpinnya akan mendengarkan dengan seksama, menjembatani kesalahpahaman, dan berupaya mewujudkan pandangan yang sama dengan dunia Islam. “Kami akan bersikap hormat walaupun terjadi ketidaksepakatan. Kami juga akan memberikan apresiasi tinggi terhadap keyakinan Islam,” tegas Obama. Para tokoh Muslim AS mengapresia si pernyataan Obama itu.
Kami mengapresiasi inisiatif positif Presiden Obama di kancah internasio nal,ungkap Dr Agha Saeed, pimpinan American Muslim Taskforce on Civil Rights and Elections (AMT), sebuah koalisi organisasi Islam terkemuka di Amerika seperti dikutip IslamOnlin.net Saeed menilai, pernyataan Oba ma itu sungguh luar biasa. Direktur Eksekutif Council on Ame rican-Islamic Relations (CAIR), Ni had Awad, juga melontarkan penilaian serupa.
Itu adalah sebuah pesan yang sangat penting bagi rakyat Amerika, masyarakat Barat, dan dunia Muslim pada umumnya, tutur Awad. Menurut dia, langkah Obama itu sangat penting untuk memperbaiki hubungan antara AS dan dunia Islam, yang sempat memburuk. Delapan tahun terakhir, hubungan AS dan dunia Islam telah dirusak oleh perang, konfrontasi, salah paham, dan salah pengertian,tegas Awad. Hubungan Amerika dengan negara-negara Muslim memburuk di era Pemerintahan George W Bush.
Atas nama memerangi terorisme, Bush menyerang dan menginvasi negara-negara berpenduduk Muslim se perti Irak dan Afghanistan. CAIR, organisasi yang memperjuangkan hak-hak sipil Umat Muslim, mempercayai pernyataan dan janji Obama itu.Kami yakin Presiden Obama menyatakan hal itu dengan penuh kesungguhan dan keseriusan, tutur Awad. Menurut dia, Muslim AS siap membantu Obama untuk memulihkan hubungan Amerika dengan dunia Islam.
Di tempat terpisah, Direktur Eksekutif MAS Freedom Foundation, Imam Mehdi Bray, juga mengaku sangat senang dengan kebijakan luar negeri Presiden Obama. Namun, kata dia, langkah-langkah itu harus dimulai dari dalam negeri. Imam Mehdi mendesak agar pemerintahan Obama menerapkan hal yang sama terhadap tujuh juta umat Islam yang berada di Amerika.
Kebijakan luar negeri itu harus diikuti oleh lembaga penegak hukum yakni Departemen Kehakiman dan Departemen Dalam negeri,ujar Imam Mehdi menegaskan. Sejak terja dinya peristiwa 11 September 2001, umat Muslim di AS mengalami diskriminasi. Hak-hak sipil umat Islam seringkali dizalimi. Bahkan, keyakinan umat Muslim sering kali dijadi kan target memerangi terorisme.
Baru-baru ini, 11 organisasi Islam terkemuka di AS telah memboikot Biro Penyelidik Federal (FBI). Gabung an organisasi Muslim yang tergabung dalam AMT itu menolak untuk bekerja sama dengan FBI dan Departemen Kehakiman, karena tindakan lembaga itu yang menyusupkan informannya ke masjid-masjid.
Agen FBI secara sengaja disusupkan untuk memata-matai umat Muslim yang beribadah di masjid. Akibat kebijakan itu, sebagian Muslim di negeri adidaya itu merasa resah dan mulai menjauhi masjid. Mereka lebih memilih beribadah di rumah dan tak mau lagi menyumbang kepada masjid, karena khawatir dituding telah mendukung terorisme. Kami minta agar pemerintah se gera berhenti memata-matai masjid, cetus Agha Saeed, pimpinan AMT.hri/iol/kem/RioL
Rakyat AS Nilai Islam Agama Perdamaian
Pasca 9/11 banyak warga AS memeluk Islam
Dukungan rakyat AS itu diungkapkan lewat polling yang digelar Washington Post-ABC News dan dirilis pada Senin (6/4). Hasil polling itu diluncurkan bersamaan dengan kunjungan Obama ke salah satu negara berpenduduk Muslim, Turki. Kunjungan Obama ke negara sekuler itu dinilai berbagai kalangan dapat menjembatani hubungan antara dunia Islam dan AS yang sempat memburuk.
Berdasarkan hasil polling itu, kebanyakan rakyat AS meyakini janji Obama untuk 'meretas jalan baru' dengan dunia Muslim adalah tujuan yang sangat penting. Meski mayoritas rakyat di negara adidaya itu menyatakan perlunya membangun hubungan dengan negara-negara Muslim, hampir separuh atau 48 persen dari responden masih berpikiran negatif terhadap Islam.
Selain itu, sebanyak tiga dari 10 dari warga AS atau sekitar 29 persen mengira Islam sebagai agama yang mengajarkan kekerasan terhadap non-Muslim. Sekitar 55 persen dari responden mengaku tak mengetahui ajaran dan keyakinan umat Islam. ''Sebanyak 58 persen warga Amerika menyatakan Islam sebagai agama yang penuh kedamaian,'' demikian hasil polling itu.
Hampir dua per tiga rakyat Amerika yang tak beragama menilai Islam sebagai agama yang mengajarkan kedamaian. Selain itu, sebanyak 60 persen penganut Katolik juga menilai Islam sebagai agama yang antikekerasan. Sebanyak 55 persen dari seluruh penganut Protestan juga berpendapat demikian.
''Persentase itu menurun menjadi 48 persen ketika ditanyakan kepada umat Protestan Evangelis Putih,'' ungkap polling itu. Pandangan anak muda di AS terhadap agama Islam tercatat lebih baik dibandingkan orang tua. Sekitar enam dari 10 anak muda di negeri Paman Sam atau sekitar 65 persen berpendapat Islam adalah agama yang penuh dengan kedamaian.
Sedangkan, mayoritas senior atau orang tua di negeri itu justru berpendapat sebaliknya. Sekitar 61 persen berpendapat negatif terhadap Islam. Hanya 39 persen dari kalangan orang tua yang menyatakan Islam sebagai agama yang antikekerasan.
Berdasarkan partai, pendukung Partai Republik tercatat lebih berpikiran negatif terhadap Islam dibandingkan pendukung Demokrat. Enam dari 10 pendukung Republik atau sekitar 65 persennya menyatakan, memiliki pandangan yang tak baik terhadap Muslim. Sedangkan, enam dari 10 pendukung Demokrat justru berpandangan lebih baik terhadap Islam.
Polling itu digelar Washington Post-ABC News melalui telepon pada 26-29 Maret lalu. Jumlah sampelnya mencapai seribu orang dewasa yang diacak. Polling itu memiliki sampling error sekitar minus atau plus tiga persen. Secara keseluruhan, hasil penelitian itu membuktikan bahwa pandangan sebagian besar rakyat AS terhadap Islam sudah mulai membaik.
Berdasarkan hasil riset yang dilakukan Pew Research pada Maret, sekitar 11 persen penduduk AS masih meyakini bahwa Presiden Obama beragama Islam. Itu berarti satu dari 10 penduduk negeri Paman Sam meyakini bahwa Obama sebagai pemeluk agama Islam. Hasil survei yang melibatkan 1.308 responden itu sungguh menarik.
Pasalnya, saat dilantik pada 20 Januari lalu, Obama disumpah dengan menggunakan Bible. Namun, publik AS masih berpikir bahwa Obama adalah seorang Muslim. Berdasarkan survei itu, satu dari lima penganut agama Protestan Evangelis meyakini bahwa Obama yang memiliki nama tengah bernuansa Islami itu sebagai seorang Muslim.
Dalam kunjungannya ke Turki, Obama beserta Presiden Abdullah Gul menyatakan, ''Terorisme tak dapat diterima di lingkungan mana pun.'' Untuk itu, Turki dan AS akan membangun 'model kemitraan' antara negara yang bermayoritas penduduknya Kristen dan negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. hri/taq/RioL
No comments:
Post a Comment